2.1 PEGERTIAN TASAWUF
Secara
bahasa tasawuf diartikan sebagai Sufisme adalah ilmu untuk mengetahui
bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin,
untuk memporoleh kebahagian yang abadi.
Tasawuf adalah ilmu yang membahas cara
pendekatan seseorang kepada Tuhan melalui penyucian diri.[1]
Esensi tasawuf itu sendiri juga mendekatkan diri sedekat mungkin dengan tuhan
sehingga ia dapat melihat dengan mata hati, bahkan ruhnya dapat bersatu dengan
ruh tuhan.
Berikut adalah beberapa pendapat
tentang pengertian tasawuf, yaitu:
a.
Abu Bakar al-Katany mengatakan bahwa
titik awal amalan tasawuf adalah akhlak, dengan demikian seseorang yang hendak
mengamalkan tasawuf harus memperbaiki akhlaknya terlebih dahulu.
b.
Imam junaid al-Baghdadi, membagi
definisi tasawuf kedalam 4 bagian, yaitu :
1.
Mengenal Allah, sehingga hubungan
antara kita dengan-Nya tiada perantara.
2.
Melakukan semua akhlak yang baik
menurut sunnah rasul dan meninggalkan akhlak yang buruk.
3.
Melepaskan hawa nafsu menurut kehendak
Allah
4.
Merasa tiada memiliki apapun juga
tidak dimiliki oleh sesiapa pun kecuali Allah Swt.
c.
As-Suhrawardi mengemukakan pendapat
Ma’ruf al-Kharkhy yang menyatakan bahwa tasawuf adalah mencari hakikat dan
meninggalkan sesuatu yang ada di tangan makhluk (kesenangan duniawi).
d.
Asy-Syeikh Muhammad Amin al-Kurdi menyatakan
bahwa tasawuf adalah suatu ilmu yang dapat mengetahui hal ihwal kebaikan dan
keburukan, cara membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, melangkah menuju
keridloan Ilahy dengan melaksanakan segala perintah, dan menjauhi segala
larangan-Nya.
Sedangkan mereka yang cara hidup shaleh dan dalam kesederhanaan yang diperagakan oleh suatu kelompok itu, kemudian menjadi pola panutan bagi sebagian umat islam yang kemudian disebut sebagai sufi dan ajarannya dinamai tasawuf.
Ada beberapa sumber
perihal etimologi dari kata “Sufi”. Pandangan yang umum adalah kata itu berasal
dari Suf (صوف),
bahasa Arab untuk wol, merujuk kepada jubah sederhana yang dikenakan oleh para
asetik Muslim. Namun tidak semua Sufi mengenakan jubah atau pakaian dari wol.
Teori etimologis yang lain menyatakan bahwa akar kata dari Sufi adalah Safa (صفا), yang berarti
kemurnian. Hal ini menaruh penekanan pada Sufisme pada kemurnian hati dan jiwa.
Teori lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata Yunani theosofie artinya
ilmu ketuhanan.
Yang lain menyarankan
bahwa etimologi dari Sufi berasal dari “Ashab al-Suffa” (“Sahabat Beranda”)
atau “Ahl al-Suffa” (“Orang orang beranda”), yang mana adalah sekelompok muslim
pada waktu Nabi Muhammad yang menghabiskan waktu mereka di beranda masjid
Nabi, mendedikasikan waktunya untuk berdoa
2.2 PERKEMBANGAN TASAWUF
Tasawuf dikenal secara luas di kawasan
islam sejak penghujung abad dua hijriah, sebagai perkembangan lanjut dari
kesalehan asketis atau para zahid yang mengelompok di serambi masjid madinah.
Dalam perjalanan kehidupan kelompok ini lebih mengkhususkan diri untuk
beribadah dan pengembangan kehidupan rohaniah dengan mengabaikan kenikmatan
duniawi.
2.3 PEMBAGIAN TASAWUF
A. Tasawuf
Sunni
Tassawuf
sunni merupakan aliran tasawuf yang memberikan garis pemisah atau pembeda
antara manusia dan tuhannya. Ajaran tasawuf ini dianggap masih berada dalam
garis-garis islam
Diantara sufi yang berpengaruh dari
aliran tasawuf sunni dengan pokok-pokok ajarannya, antara lain sebagai berikut
:
1.
Hasan
Al-Basri
Hasan al-basri adalah seoranng sufi angkatan tabi’in,
seorang yang sangat taqwa,wara’ dan zahid. Nama lengkapnya ialah Abu sa’id
al-Hasan ibn Abi al-Hasan. Dasar pendiriannya yang paling utama adalah zuhd
terhadap kehidupan duniawi sehingga ia menolak segala kesenangan dan kenikmatan
duniawi. Prinsip kedua ajaran Hasan al-Basri adalah al-khauf dan raja’, dengan
pengertian merasa takut kepada siksa Allah Swt karena berbuat dosa dan sering
melalaikan perintah Allah Swt.
2.
Rabiah
Al-Adawiyah
Ajaran yang terpenting dari sufi wanita ini adalah
al-mahabbah dan bahkan menurut banyak pendapat, ia merupakan orang pertama yang
mengajarkan al-hubbdenngan isi dan pengertian yang khas tasawuf
3.
Dzu
Al-Nun Al-Misri
Beliau dikenal sebagai peletak dasar tentang jenjang
perjalanan sufi menuju Allah, yang disebut al-maqomat. Dia banyak memberikan
petunjuk arah jalan menuju kedekatan dengan Allah sesuai dengan pandangan sufi.
4.
Abu
Hamid al-Ghazali
Menurut beliau jalan para sufi dalam tasawuf, baru dapat
direalisir apabila telah dapat dilumpuhkannya hambatan-hambatan jiwa serta
membersihkan diri
a. Tasawuf
Qur’ani
Karena tasawuf merupakan jalan
menuju Allah,untuk mendekatkan diri kepada Allah,maka rujukan pertama dan
terutama yang harus dilihat adalah Alqur’an yang merupakan surat cinta dari
Allah untuk umat manusia. Dengan memahami nilai-nilai yang ada dalam Alqur’an
dan mengaplikasikannya dalam kehidupan maka di harapkan seseorang itu akan
lebih dekat dengan Allah. Tasawuf yang mengacu kepada nilai-nilai alqur’an
dalam usahanya untuk mendekatkan diri kepada Allah disebut Tasawuf Qur’ani.
Sahl at-Tusturi pernah mengatakan:
“Pokok ajaran kami adalah berpegang teguh kepada Al-Qur’an, mengamalkan sunnah,
makan makanan yang halal, mencegah menyakiti orang lain, menjauhi yang tidak
baik, bertaubat dan menunaikan hak-hak. Lalu Imam an-Nawawi mengatakan: “Pokok
ajaran tarikat tasawuf ada lima: bertakwa kepada Allah baik tersembunyi ataupun
terang-terangan, mengikuti sunnah baik perkataan ataupun perbuatan, berpaling
dari akhlak tercela dihadapan atau dibelakang, ridha terhadap pemberian Allah
sedikit ataupun banyak dan kembali ke jalan Allah dalam suka dan duka. Imam
Ahmad pun menasihati anaknya (Abdullah bin Ahmad): “Wahai anakku wajib bagimu
duduk bersama mereka, yaitu suatu kaum yang dapat memberikan kepada kita
banyaknya ilmu, taqarrub kepada Allah (murâqabah), timbulnya rasa takut, hidup
zuhud dan tingginya cita-cita, seraya beliau mengatakan: “Lâ a’lamu aqwâman
afdhalu minhum” (aku tidak tahu ada kaum yang lebih utama daripada mereka).”
b. Tasawuf
akhlaqi
Pada mulanya tasawuf itu ditandai
dengan ciri-ciri psikologis dan moral,yaitu pembahasan analisis tentang jiwa
manusia dalam upaya menciptakan moral yang sempurna. Dalam pandangan
sufi,ternyata manusia depedensia kepada hawa nafsunya. Manusia dikendalikan
oleh dorongan-dorongan nafsu pribadi,bukan manusia yang mengendalikan hawa
nafsunya. Kenikmatan hidup di dunia menjadi tujuan,bukan lagi sebagai jembatan
emas menuju kebahagiaan sejati.efek dari pandangan hidup seperti ini menuju
kearah pertentangan manusia dengan sesama manusia,sikap ethnosentrisme, egoisme,
persaingan tidak sehat,sehingga manusia lupa kepada eksistensialnya sebagai
hamba Allah. Karena ekspresi manusiawinya sebagian besar dihabiskan untuk
persoalan-persoalan duniawi, menyebabkan ingatan dan perhatiannya jauh dari
Tuhan.
Menurut orang sufi,Untuk merehabilitir
sikap mental yang tidak baik tidak akan berhasil apabila terapinya hanya dari
aspek lahiriah saja. Itulah sebabnya,pada tahap-tahap awal memasuki kehidupan
tasawuf,seorang kandidat diharuskan melakukan amalan dan latiha yang cukup
berat,tujuannya adalahuntuk menguasai hawa nafsu,untuk menekan hawa nafsu
sampai ke titik terendah dan bila memungkinkan mematikan hawa nafsu itusama
sekali.
Sistem
pembinaan akhlak itu mereka susun sebagai berikut:
·Takhalli,yakni
mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap duniawi
·
Tahalli,membiasakan diri dengan sifat
dan sikap serta perbuatan yang baik
Sikap mental
dan perbuatan yang baik yang sangat penting diisikan kedalam jiwa manusia akan
dibiasakan dalam perbuatan dalam rangka pembentukan manusia paripurna, antara lain
sebagai berikut :
a. Taubat, yaitu
rasa penyesalan sungguh – sungguh dalam hati yang disertai permohonan ampun
serta berusaha meninggalkan perbuatan yang menimbulkan dosa.
b. Cemas dan
Harap (khauf dan raja’), Yaitu perasaan yang timbul karena banyak berbuat salah
dan seringkali lalai kepada Allah.
c. Zuhud, yaitu
meninggalkan kehidupan duniawi dan melepaskan diri dari pengaruh materi.
d. Al-Faqr, yaitu
sikap yang tidak menuntut lebih banyak dari apa yang telah dipunyai dan merasa
puas dengan apa yang sudah dimiliki sehingga tidak meminta sesuatu yang lain.
e. Al-Sabru, yaitu
suatu keadaan jiwa yang kokoh, stabil, dan konsekuen dalam pendirian.
f. Ridha, yaitu menerima dengan lapang dada dan hati terbuka terhadap apa saja yang datang dari Allah.
f. Ridha, yaitu menerima dengan lapang dada dan hati terbuka terhadap apa saja yang datang dari Allah.
g. Muraqabah,
yaitu sikap siap dan siapa setiap saat untuk meneliti keadaan diri sendiri
- Tajalli,terungkapnya nur gaib bagi hati, tajjali merupakan usaha pemantapan dan pendalaman materi yang telah dilalui pada fase sebelumnya untuk mencapai kesempurnaan kesucian jiwa.
- Munajat,melaporkan diri kehadirat Allah atas segala aktifitas yang dilakukan
- Zikrul maut,ingatan yang berkepanjangan tentang mati akan memancing rasa keTuhanan yang semakin dalam.
Tokoh-tokohnya
tasawuf akhlaki ini antara lain:
·
Haris Al Muhasabi(w.243
H) adalah salah seorang sufi yang populer dalam pembahasan tasawuf akhlaki
melalui konvergensi antara syariat dan akhlak. Ia menegaskan bahwa segala
sesuatu mempunyai substansi,substansi manusia dan akal budi yang disertai
moralitas dan substansi akal adalah kesabaran.
·
Al Sirri Al Saqathi(
w.257 H) pendapatnya yang populer ialah bahwa kekuatan yang paling
tangguh ialah kemampuan mengendalikan diri. Seseorang yang mampu mengendalikan
dirinya ,niscaya tidak akan sanggup mengendalikan orang lain.
·
Al Kharraj(
w.277 H) ,orang pertama yang menulis konsep-konsep dasar tentang sifat-sifat
terpuji yang kemudian menjadi rujukan sufi-sufi selanjutnya.
·
Sahl Al Tutsuri (
w. 293 H) dengan ajarannya yang rinci tentang ikhlash serta hal-hal yang
merusak perbuatan.
c. Tasawuf
salafi
Yang dimaksud tasawuf salafi adalah
tasawuf yang digagas oleh sekumpulan tokoh ulama salaf seperti Ibnu Taimiyyah
dan muridnya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Corak tasawuf ini menyerupai tasawuf
sunni dalam segala urusannya, terutama dalam pentingnya berpegang terhadap
kitâbullah dan sunnah, serta dalam hal tercelanya faham ittihad, hulul,
wihdatul wujud, maqâmat dan ahwal.
Sebenarnya, istilah tasawuf salafi
merupakan istilah pembelaan dari kelompok shûfi yang ingin menegaskan bahwa
tidak benar orang yang berpendapat bahwa sumber tasawuf itu berasal dari luar
Islam dengan mengedepankan Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qayyim sebagai tokoh
penggagasnya, sehubungan keduanya merupakan tokoh puritanisme Islam.
Hal ini dapat dilihat dari pembelaan
Syaikh Muhammad Zaki Ibrahim (pendiri dan syaikh tarikat al-‘Asyirah
al-Muhammadiyah al-Syadziliyyah dan komisi pembaruan sufi serta ikatan
tarikat-tarikat yang ada di Mesir). Menurutnya: “Dasar-dasar tasawuf terdapat
dalam Al-Qur’an dan sunnah. Hal ini tak dapat dipungkiri, bahkan oleh mereka
yang agak minim tentang Islam. Tak ada seorang pun dari kalangan Muslim yang mengatakan
bahwa Al-Qur’an adalah hasil kutipan dari kitab suci Budha, Majusi, dan
Rahbaniyyah.
Pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf
bersumber dari ajaran selain Islam adalah sebuah pendapat yang sembrono,
berlebih-lebihan dan penuh kebohongan.Jika yang dimaksud dengan tasawuf adalah
filsafat yang asing dari akidah dan syari’at, maka hal tersebut memang benar,
namum filsafat tersebut tidak ada hubungannya dengan tasawuf Islami.Jika ada
yang menjadikan mereka (para ahli filsafat) sebagai dasar untuk menghujat dan
menghukumi kesesatan tasawuf dengan sebab kesesatan perilaku beberapa oknum
yang mengatas namakan tasawuf, maka hal tersebut merupakan sebuah pemutar
balikan fakta yang sebenarnya. Menghukumi seseorang atas kesalahan orang lain
adalah satu perbuatan yang tercela.”
d. Tasawuf
amali
Yang disebut tasawuf ‘amali adalah
Keseluruhan rangkaian amalan lahiriah dan latihan olah batiniah dalam usaha
untuk mendekatkan diri kepada Allah,yaitu dengan melakukan macam-macam amalan
yang terbaik serta cara-cara beramal yang paling sempurna. Menurut para
sufi,ajaran agama itu mengandung dua aspek,lahiriah dan bathiniyah. Secara
rinci,kedua aspek tersebut dibagi kedalam empat bidang sebagai berikut:
a
Syari’at,diartikan
sebagai kualitas amalan lahir formal yang ditetapkan dalam ajaran agama melalui
Alqur’an dan Sunnah. Syari’at adalah hukum-hukum formal atau amalan lahiriah
yang berkaitan dengan anggota jasmaniah manusia,sedangkan syari’at sebagai
fiqih dan syari’at sebagai tasawuf tidak dapat dipisahkan karena yang pertama
adalah sebagai wadahnya dan yang kedua sebagai isinya. Kerna itu ditegaskan,
Seorang yang salik tidak mungkin memperoleh ilmu batin tanpa mengamalkan secara
sempurna amalan lahiriahnya.
b Thariqot,kalangan sufi mengartikan
thariqat sebagai seperangkat serial moral yang menjadi pegangan pengikut
tasawuf dan dijadikan metoda pengarahan jiwa dan moral.
c
Hakikat,dalam dunia sufi hakikat
diartikan sebagai aspek bathin dan dari syari’at,sehingga dikatakan hakikat
adalah aspek yang paling dalam dari setiap amal,inti dan rahasia dari syariat
yang merupakan tujuan perjalanan suluk.
d
Ma’rifat,berarti pengetahuan atau
pengalaman. Dalam istilah tasawuf,diartikan sebagai pengenalan langsung tentang
Tuhan yang diperoleh melalui hati sanubari sebagai hikmah langsung dari ilmu
hakikat.
Ada
pula pendapat yang menyatakan bahwa Yang dimaksud tasawuf ‘amali, adalah pola
tasawuf yang dilakukan para penganut tarekat (ashhâbut turuq) seperti
mengedepankan mujâhadah, menjauhkan sifat tercela, memutuskan hubungan dengan
yang lain dan menghadap Allah dengan sepenuh cita-cita.
Dalam
pelaksanaannya, ada beberapa kaidah dan adab yang dirinci secara klasikal
seperti hubungan murid dengan gurunya, ‘uzlah, khalwat, al-jû’
(berlapar-lapar), as-sahr (bermalam-malam/ begadang), as-shumt (berdiam diri)
dan dzikir.
e. Tasawuf
falsafi
Yang dimaksud dengan tasawuf falsafi
adalah yang bercampur didalamnya antara dzauq shûfiyyah dan nadzhar ‘aqliyyah
(perasaan terdalam kaum shûfi dan nalar akal/ filsafat) dengan sumber yang berbeda-beda.Ini
merupakan pendapatnya Abul Wafa’ al-Ghanîmi at-Taftâzani, sedangkan DR.‘Ali
Sami an-Nasyâr berpendapat bahwa tasawuf ini merupakan campuran antara
makna-makna Islam dan falsafat kuno yang dalam falsafat zhahirnya Islami,
sementara dalamnya tidak Islami.(Sayyid Muhammad ‘Aqîl, hal. 12).
Para penganut tasawuf macam ini
diantaranya adalah Suhrawardi al-Maqtûl (550-580 H.), Ibnu ‘Arabi (560-638 H.),
Ibnu Sab’in (614-669 H.) dan yang lainnya.
Berkembangnya tasawuf sebagai jalan dan
latihan untuk merealisir kesucian batin dalam perjalanan menuju kedekatan
dengan Allah,juga menarik perhatian para pemikir muslim yang berlatar belakan
teologi dan filsafat.dari kelompok inilah yang tampil sebagai sufi yang
filosofis dan filosof yang sufis. Konsep-konsep tasawuf mereka disebut tasawuf
falsafi yakni tasawuf yang kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat. Ajaran
filsafat yang paling banayak di pergunakan dalam analisis tasawuf adalah paham
emanasi neo platonisme dalam semua variasinya.
Selain Abu Yazid Al Bhustami ,tokoh
teosofi yang populer dalam kelompok ini dapat ditunjuk Masarrah(w.381 H) dari
Andalusi dan sekaligus sebagai perintis.berdasarkan pemahamannya tentang teori
emanasi ia berpendapat,bahwa melalui jalan tasawuf manusia dapat membebaskan jiwanya
dari cengkeraman badani (materi) dan memperoleh sinar ilahi secara langsung
(ma’rifat sejati). orang kedua yang mengkombinasikan teori filsafat dengan
tasawuf dapat disebut Suhrawardi al Maqtul(w.578 H) yang berkebangsaan Persia
atau Iran. Berangkat dari teori emanasi Ia berpendapat,bahwa dengan melalui
usaha keras dan sungguh-sungguh seperti apa yang dilakukan para sufi,seseorang
dapat membebaskan jiwanya dari perangkap ragawi untuk kemudian dapat kembali ke
pangkalan pertama yakni alam malakut atau alam ilahiyat. Konsepsi lengkap teori
ini kemudian dikenal dengan nama al Isyraqiyah yang ia
tuangkan dalam karya tulisnya al Hikmatul Isyraqiyah. Bersumber
dari prinsip yang sama al Hallaj (w.308 H) memformulasikan teorinya dalam
doktrin al Hulul, yakni perpaduan insan dengan Tuhan secara
Rohaniyah atau antara Mahluk dengan Al Khaliq.
B. Tasawuf
Filsafati
1.
Konsepsi
teologi sufisme
2.
Al-fana
Menurut abu yazid, manusia yang pada hakikatnya seesensi
dengan Allah, dapat bersatu dengan-Nya apabila ia mampu meleburkan
eksistensinya (keberadaannya) sebagai suatu pribadisehingga ia tidak menyadari
pribadinya(fana’an nafs). Fana’an nafs adalah hilangnya
kesadaran kemanusiaannya dan menyatumenyatu irradah Allah, bukan jasad tubuhnya
yang menyatu dengan Dzat Allah.
3.
Al-ittihad
Merupakan apabila seorang sufi telah berada dalam keadaan
fana, maka pada saat itu ia telah dapat menyatu dengan Tuhan, sehingga
wujudiyiahnya kekal atau al-baqa. Didalam perpaduan itu ia menemukan hakikat
jati dirinya sebagai manusia yang berasal dari Tuhan.
4.
Al-hulul
Pengertian al-hulul secara singkat adalah Tuhan mengambil
tempat dalam tubuh manusia tertentu, yaitu manusia yang telah dapat
membersihkan dirinya dari sifat-sifat kemanusiaannya melalui fana atau ekstase.
C. Tasawuf
Filsafati Ibn Arabi
Konsep sentral dari tasawuf beliau
adalah bahwa yang ada hanya satu yakni zat tunggal, tidak ada yang meng”ada”
selain dirinya.ada beberapa pemahaman filsafat beliau yaitu :
1.
Epistemology
Dalam epistemology ibn Arabi, Proposisi atau penilaian itu
dikelompokkan kepada dua kelas utama, yaitu :
a.
Proposisi
wajib, yang meliputi:
·
Semua
penilaian perceptual, tanpa dimasuki unsur pemahaman,
·
Penilaian
apriori dari logika formal, penilaian intelektual yang self-evident-ada
sendirinya,
·
Penilaian
intuitif atau esoterik.
b.
Proposisi
kontingensi, yaitu penilaian-penilaian yang berdasarkan pemahaman dan
indera-indera secara serempak.
2.
Al-Wahdat
Al-Wujud
Paham ini sebagai perluasan dari konsepsi paham al-hulul karena
nasut yang ada dalam hulul ia ganti
3.
Tujuan
Penciptaan Alam
Yakni suatu perwujudan dari konsep sentral beliau. Yang mana
rumusan tersebut mengandung pengertian:
a)
Bahwa
segala yang ada adalah manifestasi dari Dzat tunggal
b)
Bahwa
Dzat tunggal tidak terpecah dan tidak terurai dalam bagian-bagian
c)
Bahwa
tidak ada yang berlebih disatu sisi dan tidak ada kekurangan di sisi lain.
4.
Tujuan
Penciptaan Manusia
5.
Insan
Kamil
Insan kamil adalah aspek (shurah) ketiga dari Haqiqat
al-Muhammadiyah, sebagai manusia sempurna karena ia memiliki wujud positif.
D. Tasawuf
Syi’i
Diluar dua aliran tasawuf akhlqi (sunni)
dan tasawuf falsafi, ada juga yang memasukkan tasawuf aliran ketiga, yaitu
tasawuf syi’I atau syiah. Kaum syiah merupakan golongan yang dinisbatkan kepada
pengikut Ali bin Abi Thalib. Dalam sejarahnya, setelah perang shiffin, orang –
orang pendukung fanatik Ali memisahkan diri dan banyak berdiam di daratan
Persia, dan di Persia inilah kontak budaya antara Islam dan Yunani telah
berjalan sebelum dinasti Islam berkuasa disini. Oleh karena itu, perkembangan
tasawuf syi’I dapat di tinjau melalui kacamata keterpengaruhan Persia oleh
pemikiran – pemikiran filsafat Yunani. Ibnu Khaldun dalam AL-Muqaddimah telah
menyinggung soal kedekatan syi’ah dengan tasawuf, Ibnu Khaldun melihat
kedekatan tasawuf filosofis dengan sekte Isma’iliyyah dari Syiah. Sekte ini
menyatakan terjadinya hulul atau ketuhanan pada imam mereka. Menurutnya kedua
kelompok ini memiliki kesamaan, khususnya dalam persoalan “quthb” dan “abdal”.
Bagi para sufi filosof,quthb adalah puncaknya kaum ‘arifin, sedangkan abdal
merupakan perwakilan. Ibnu Khaldun menyatakan doktrin seperti ini mirip dengan
doktrin Isma’iliyyah tentang imam dan para wakil. Begitu juga dengan pakaian
compang camping yang disebut – sebut berasal dari imam Ali.
2.4 Tujuan Tassawuf
Secara umum
tujuan tasawuf adalah agar berada sedekat mungkin dengan Allah Swt. Akan tetapi
apabila diperhatikan karakteristik tasawuf secara umum, ada tiga sasaran dari
tasawuf, yaitu: pertama, tasawuf yang bertujuan untuk pembinaan aspek moral.
Aspek ini meliputi mewujudkan kestabilan jiwa yang berkeseimbangan, penguasaan
dan pengndalian hawa nafsu sehingga manusia konsisten daan komitmen hanya pada
keluhuran moral. Kedua, tasawuf yang bertujuan untuk ma’rifatullah melalui
penyingkapan langsung atau metode al-kasyf al-hijab. Ketiga, tasawuf yang
bertujuan untuk membahasbagaiman system pengenalan dan pendekatan diri kepada
Allah secara mistis filosofis, pengkajian garis hubungan antara tuhan dengan
makhluk, terutama hubungan manusia dengan tuhan dan apa arti dekat dengan
tuhan.
Akan tetapi, tujuan akhir dari sufisme
adalah etika murni atau psikologi murni, dan atau keduanya secara
bersamaan,yaitu:
a.
Penyerahan
diri sepenuhnya kepada kehendak mutlak tuhan, karena Dialah penggerak utama
dari semua kejadian dialam ini,
b.
Penanggalan
secara total semua keinginan pribadi dan melepas diri dari sifat-sifat jelek
yang berkenaan dengan kehidupan duniawi,
c.
Peniadaan
kesadaran terhadap diri sendiri serta pemusatan diri pada perenungan terhadap
tuhan semata, tiada tuhan yang di cari kecuali Dia.
[1]
DR.H.Akbarizan, MA.M.Pd .Tasawuf
Integratif Pemikiran Dan Ajaran Tasawuf Di Indonesia(Suska
Press:Pekanbaru.2008)hal.31
tulisan yang sangat bagus. Syukran katsir.
BalasHapusalhamdulillah jika bermanfaat
Hapusmantaff mbak,, sangat membantu
BalasHapusSangat membantu makul yg sedang sy kerjakan.terimakasih
BalasHapus