Minggu, 23 Desember 2012

tasawuf dan pembagiannya


2.1 PEGERTIAN TASAWUF
Secara bahasa tasawuf diartikan sebagai Sufisme adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi.
            Tasawuf adalah ilmu yang membahas cara pendekatan seseorang kepada Tuhan melalui penyucian diri.[1] Esensi tasawuf itu sendiri juga mendekatkan diri sedekat mungkin dengan tuhan sehingga ia dapat melihat dengan mata hati, bahkan ruhnya dapat bersatu dengan ruh tuhan.
            Berikut adalah beberapa pendapat tentang pengertian tasawuf, yaitu:
a.       Abu Bakar al-Katany mengatakan bahwa titik awal amalan tasawuf adalah akhlak, dengan demikian seseorang yang hendak mengamalkan tasawuf harus memperbaiki akhlaknya terlebih dahulu.
b.       Imam junaid al-Baghdadi, membagi definisi tasawuf kedalam 4 bagian, yaitu :
1.       Mengenal Allah, sehingga hubungan antara kita dengan-Nya tiada perantara.
2.       Melakukan semua akhlak yang baik menurut sunnah rasul dan meninggalkan akhlak yang buruk.
3.       Melepaskan hawa nafsu menurut kehendak Allah
4.       Merasa tiada memiliki apapun juga tidak dimiliki oleh sesiapa pun kecuali Allah Swt.
c.       As-Suhrawardi mengemukakan pendapat Ma’ruf al-Kharkhy yang menyatakan bahwa tasawuf adalah mencari hakikat dan meninggalkan sesuatu yang ada di tangan makhluk (kesenangan duniawi).
d.        Asy-Syeikh Muhammad Amin al-Kurdi menyatakan bahwa tasawuf adalah suatu ilmu yang dapat mengetahui hal ihwal kebaikan dan keburukan, cara membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, melangkah menuju keridloan Ilahy dengan melaksanakan segala perintah, dan menjauhi segala larangan-Nya.

     Sedangkan mereka yang cara hidup shaleh  dan dalam kesederhanaan yang diperagakan oleh suatu kelompok itu, kemudian menjadi pola panutan bagi sebagian umat islam yang kemudian disebut sebagai sufi dan ajarannya dinamai tasawuf.
Ada beberapa sumber perihal etimologi dari kata “Sufi”. Pandangan yang umum adalah kata itu berasal dari Suf (صوف), bahasa Arab untuk wol, merujuk kepada jubah sederhana yang dikenakan oleh para asetik Muslim. Namun tidak semua Sufi mengenakan jubah atau pakaian dari wol. Teori etimologis yang lain menyatakan bahwa akar kata dari Sufi adalah Safa (صفا), yang berarti kemurnian. Hal ini menaruh penekanan pada Sufisme pada kemurnian hati dan jiwa. Teori lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata Yunani theosofie artinya ilmu ketuhanan.
Yang lain menyarankan bahwa etimologi dari Sufi berasal dari “Ashab al-Suffa” (“Sahabat Beranda”) atau “Ahl al-Suffa” (“Orang orang beranda”), yang mana adalah sekelompok muslim pada waktu Nabi Muhammad yang menghabiskan waktu mereka di beranda masjid Nabi, mendedikasikan waktunya untuk berdoa

2.2 PERKEMBANGAN TASAWUF
            Tasawuf dikenal secara luas di kawasan islam sejak penghujung abad dua hijriah, sebagai perkembangan lanjut dari kesalehan asketis atau para zahid yang mengelompok di serambi masjid madinah. Dalam perjalanan kehidupan kelompok ini lebih mengkhususkan diri untuk beribadah dan pengembangan kehidupan rohaniah dengan mengabaikan kenikmatan duniawi.

2.3 PEMBAGIAN TASAWUF
A.     Tasawuf Sunni
Tassawuf sunni merupakan aliran tasawuf yang memberikan garis pemisah atau pembeda antara manusia dan tuhannya. Ajaran tasawuf ini dianggap masih berada dalam garis-garis islam
Diantara sufi yang berpengaruh dari aliran tasawuf sunni dengan pokok-pokok ajarannya, antara lain sebagai berikut :
1.       Hasan Al-Basri
Hasan al-basri adalah seoranng sufi angkatan tabi’in, seorang yang sangat taqwa,wara’ dan zahid. Nama lengkapnya ialah Abu sa’id al-Hasan ibn Abi al-Hasan. Dasar pendiriannya yang paling utama adalah zuhd terhadap kehidupan duniawi sehingga ia menolak segala kesenangan dan kenikmatan duniawi. Prinsip kedua ajaran Hasan al-Basri adalah al-khauf dan raja’, dengan pengertian merasa takut kepada siksa Allah Swt karena berbuat dosa dan sering melalaikan perintah Allah Swt.

2.       Rabiah Al-Adawiyah
Ajaran yang terpenting dari sufi wanita ini adalah al-mahabbah dan bahkan menurut banyak pendapat, ia merupakan orang pertama yang mengajarkan al-hubbdenngan isi dan pengertian yang khas tasawuf

3.       Dzu Al-Nun Al-Misri
Beliau dikenal sebagai peletak dasar tentang jenjang perjalanan sufi menuju Allah, yang disebut al-maqomat. Dia banyak memberikan petunjuk arah jalan menuju kedekatan dengan Allah sesuai dengan pandangan sufi.

4.       Abu Hamid al-Ghazali
Menurut beliau jalan para sufi dalam tasawuf, baru dapat direalisir apabila telah dapat dilumpuhkannya hambatan-hambatan jiwa serta membersihkan diri

a.       Tasawuf Qur’ani
 Karena tasawuf merupakan jalan menuju Allah,untuk mendekatkan diri kepada Allah,maka rujukan pertama dan terutama yang harus dilihat adalah Alqur’an yang merupakan surat cinta dari Allah untuk umat manusia. Dengan memahami nilai-nilai yang ada dalam Alqur’an dan mengaplikasikannya dalam kehidupan maka di harapkan seseorang itu akan lebih dekat dengan Allah. Tasawuf yang mengacu kepada nilai-nilai alqur’an dalam usahanya untuk mendekatkan diri kepada Allah disebut Tasawuf Qur’ani.

Sahl at-Tusturi pernah mengatakan: “Pokok ajaran kami adalah berpegang teguh kepada Al-Qur’an, mengamalkan sunnah, makan makanan yang halal, mencegah menyakiti orang lain, menjauhi yang tidak baik, bertaubat dan menunaikan hak-hak. Lalu Imam an-Nawawi mengatakan: “Pokok ajaran tarikat tasawuf ada lima: bertakwa kepada Allah baik tersembunyi ataupun terang-terangan, mengikuti sunnah baik perkataan ataupun perbuatan, berpaling dari akhlak tercela dihadapan atau dibelakang, ridha terhadap pemberian Allah sedikit ataupun banyak dan kembali ke jalan Allah dalam suka dan duka. Imam Ahmad pun menasihati anaknya (Abdullah bin Ahmad): “Wahai anakku wajib bagimu duduk bersama mereka, yaitu suatu kaum yang dapat memberikan kepada kita banyaknya ilmu, taqarrub kepada Allah (murâqabah), timbulnya rasa takut, hidup zuhud dan tingginya cita-cita, seraya beliau mengatakan: “Lâ a’lamu aqwâman afdhalu minhum” (aku tidak tahu ada kaum yang lebih utama daripada mereka).”

b.      Tasawuf akhlaqi
Pada mulanya tasawuf itu ditandai dengan ciri-ciri psikologis dan moral,yaitu pembahasan analisis tentang jiwa manusia dalam upaya menciptakan moral yang sempurna. Dalam pandangan sufi,ternyata manusia depedensia kepada hawa nafsunya. Manusia dikendalikan oleh dorongan-dorongan nafsu pribadi,bukan manusia yang mengendalikan hawa nafsunya. Kenikmatan hidup di dunia menjadi tujuan,bukan lagi sebagai jembatan emas menuju kebahagiaan sejati.efek dari pandangan hidup seperti ini menuju kearah pertentangan manusia dengan sesama manusia,sikap ethnosentrisme, egoisme, persaingan tidak sehat,sehingga manusia lupa kepada eksistensialnya sebagai hamba Allah. Karena ekspresi manusiawinya  sebagian besar dihabiskan untuk persoalan-persoalan duniawi, menyebabkan ingatan dan perhatiannya jauh dari Tuhan.

Menurut orang sufi,Untuk merehabilitir sikap mental yang tidak baik tidak akan berhasil apabila terapinya hanya dari aspek lahiriah saja. Itulah sebabnya,pada tahap-tahap awal memasuki kehidupan tasawuf,seorang kandidat diharuskan melakukan amalan dan latiha yang cukup berat,tujuannya adalahuntuk menguasai hawa nafsu,untuk menekan hawa nafsu sampai ke titik terendah dan bila memungkinkan mematikan hawa nafsu itusama sekali.
Sistem pembinaan akhlak itu mereka susun sebagai berikut:
·Takhalli,yakni mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap duniawi
·         Tahalli,membiasakan diri dengan sifat dan sikap serta perbuatan yang baik
Sikap mental dan perbuatan yang baik yang sangat penting diisikan kedalam jiwa manusia akan dibiasakan dalam perbuatan dalam rangka pembentukan manusia paripurna, antara lain sebagai berikut :
a. Taubat, yaitu rasa penyesalan sungguh – sungguh dalam hati yang disertai permohonan ampun serta berusaha meninggalkan perbuatan yang menimbulkan dosa.
b. Cemas dan Harap (khauf dan raja’), Yaitu perasaan yang timbul karena banyak berbuat salah dan seringkali lalai kepada Allah.
c. Zuhud, yaitu meninggalkan kehidupan duniawi dan melepaskan diri dari pengaruh materi.
d. Al-Faqr, yaitu sikap yang tidak menuntut lebih banyak dari apa yang telah dipunyai dan merasa puas dengan apa yang sudah dimiliki sehingga tidak meminta sesuatu yang lain.
e. Al-Sabru, yaitu suatu keadaan jiwa yang kokoh, stabil, dan konsekuen dalam pendirian.
f. Ridha, yaitu menerima dengan lapang dada dan hati terbuka terhadap apa saja yang datang dari Allah.
g. Muraqabah, yaitu sikap siap dan siapa setiap saat untuk meneliti keadaan diri sendiri
  • Tajalli,terungkapnya nur gaib bagi hati, tajjali merupakan usaha pemantapan dan pendalaman materi yang telah dilalui pada fase sebelumnya untuk mencapai kesempurnaan kesucian jiwa.
  • Munajat,melaporkan diri kehadirat Allah atas segala aktifitas yang dilakukan
  • Zikrul maut,ingatan yang berkepanjangan tentang mati akan memancing rasa keTuhanan yang semakin dalam.
Tokoh-tokohnya tasawuf akhlaki ini antara lain:
·         Haris Al Muhasabi(w.243 H) adalah salah seorang sufi yang populer dalam pembahasan tasawuf akhlaki melalui konvergensi  antara syariat dan akhlak. Ia menegaskan bahwa segala sesuatu mempunyai substansi,substansi manusia dan akal budi yang disertai moralitas dan substansi akal adalah kesabaran.
·         Al Sirri Al Saqathi( w.257 H) pendapatnya yang populer  ialah bahwa kekuatan yang paling tangguh ialah kemampuan mengendalikan diri. Seseorang yang mampu mengendalikan dirinya ,niscaya tidak akan sanggup mengendalikan orang lain.
·          Al Kharraj( w.277 H) ,orang pertama yang menulis konsep-konsep dasar tentang sifat-sifat terpuji yang kemudian menjadi rujukan sufi-sufi selanjutnya.
·          Sahl Al Tutsuri ( w. 293 H) dengan ajarannya yang rinci tentang ikhlash serta hal-hal yang merusak perbuatan.         

c.       Tasawuf salafi
Yang dimaksud tasawuf salafi adalah tasawuf yang digagas oleh sekumpulan tokoh ulama salaf seperti Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Corak tasawuf ini menyerupai tasawuf sunni dalam segala urusannya, terutama dalam pentingnya berpegang terhadap kitâbullah dan sunnah, serta dalam hal tercelanya faham ittihad, hulul, wihdatul wujud, maqâmat dan ahwal.
Sebenarnya, istilah tasawuf salafi merupakan istilah pembelaan dari kelompok shûfi yang ingin menegaskan bahwa tidak benar orang yang berpendapat bahwa sumber tasawuf itu berasal dari luar Islam dengan mengedepankan Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qayyim sebagai tokoh penggagasnya, sehubungan keduanya merupakan tokoh puritanisme Islam.

Hal ini dapat dilihat dari pembelaan Syaikh Muhammad Zaki Ibrahim (pendiri dan syaikh tarikat al-‘Asyirah al-Muhammadiyah al-Syadziliyyah dan komisi pembaruan sufi serta ikatan tarikat-tarikat yang ada di Mesir). Menurutnya: “Dasar-dasar tasawuf terdapat dalam Al-Qur’an dan sunnah. Hal ini tak dapat dipungkiri, bahkan oleh mereka yang agak minim tentang Islam. Tak ada seorang pun dari kalangan Muslim yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah hasil kutipan dari kitab suci Budha, Majusi, dan Rahbaniyyah. 

Pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf bersumber dari ajaran selain Islam adalah sebuah pendapat yang sembrono, berlebih-lebihan dan penuh kebohongan.Jika yang dimaksud dengan tasawuf adalah filsafat yang asing dari akidah dan syari’at, maka hal tersebut memang benar, namum filsafat tersebut tidak ada hubungannya dengan tasawuf Islami.Jika ada yang menjadikan mereka (para ahli filsafat) sebagai dasar untuk menghujat dan menghukumi kesesatan tasawuf dengan sebab kesesatan perilaku beberapa oknum yang mengatas namakan tasawuf, maka hal tersebut merupakan sebuah pemutar balikan fakta yang sebenarnya. Menghukumi seseorang atas kesalahan orang lain adalah satu perbuatan yang tercela.”
d.      Tasawuf amali
Yang disebut tasawuf ‘amali adalah Keseluruhan rangkaian amalan lahiriah dan latihan olah batiniah dalam usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah,yaitu dengan melakukan macam-macam amalan yang terbaik serta cara-cara beramal yang paling sempurna. Menurut para sufi,ajaran agama itu mengandung dua aspek,lahiriah dan bathiniyah. Secara rinci,kedua aspek tersebut dibagi kedalam empat bidang sebagai berikut:

a       Syari’at,diartikan sebagai kualitas amalan lahir formal yang ditetapkan dalam ajaran agama melalui Alqur’an dan Sunnah. Syari’at adalah hukum-hukum formal atau amalan lahiriah yang berkaitan dengan anggota jasmaniah manusia,sedangkan syari’at sebagai fiqih dan syari’at sebagai tasawuf tidak dapat dipisahkan karena yang pertama adalah sebagai wadahnya dan yang kedua sebagai isinya. Kerna itu ditegaskan, Seorang yang salik tidak mungkin memperoleh ilmu batin tanpa mengamalkan secara sempurna amalan lahiriahnya.

b   Thariqot,kalangan sufi mengartikan thariqat sebagai seperangkat serial moral yang menjadi pegangan pengikut tasawuf dan dijadikan metoda pengarahan jiwa dan moral.

c   Hakikat,dalam dunia sufi hakikat diartikan sebagai aspek bathin dan dari syari’at,sehingga dikatakan hakikat adalah aspek yang paling dalam dari setiap amal,inti dan rahasia dari syariat yang merupakan tujuan perjalanan suluk.

d   Ma’rifat,berarti pengetahuan atau pengalaman. Dalam istilah tasawuf,diartikan sebagai pengenalan langsung tentang Tuhan yang diperoleh melalui hati sanubari sebagai hikmah langsung dari ilmu hakikat.

Ada pula pendapat yang menyatakan bahwa Yang dimaksud tasawuf ‘amali, adalah pola tasawuf yang dilakukan para penganut tarekat (ashhâbut turuq) seperti mengedepankan mujâhadah, menjauhkan sifat tercela, memutuskan hubungan dengan yang lain dan menghadap Allah dengan sepenuh cita-cita.

Dalam pelaksanaannya, ada beberapa kaidah dan adab yang dirinci secara klasikal seperti hubungan murid dengan gurunya, ‘uzlah, khalwat, al-jû’ (berlapar-lapar), as-sahr (bermalam-malam/ begadang), as-shumt (berdiam diri) dan dzikir.
e.       Tasawuf falsafi
Yang dimaksud dengan tasawuf falsafi adalah yang bercampur didalamnya antara dzauq shûfiyyah dan nadzhar ‘aqliyyah (perasaan terdalam kaum shûfi dan nalar akal/ filsafat) dengan sumber yang berbeda-beda.Ini merupakan pendapatnya Abul Wafa’ al-Ghanîmi at-Taftâzani, sedangkan DR.‘Ali Sami an-Nasyâr berpendapat bahwa tasawuf ini merupakan campuran antara makna-makna Islam dan falsafat kuno yang dalam falsafat zhahirnya Islami, sementara dalamnya tidak Islami.(Sayyid Muhammad ‘Aqîl, hal. 12).
Para penganut tasawuf macam ini diantaranya adalah Suhrawardi al-Maqtûl (550-580 H.), Ibnu ‘Arabi (560-638 H.), Ibnu Sab’in (614-669 H.) dan yang lainnya.

Berkembangnya tasawuf sebagai jalan dan latihan untuk merealisir kesucian batin dalam perjalanan menuju kedekatan dengan Allah,juga menarik perhatian para pemikir muslim yang berlatar belakan teologi dan filsafat.dari kelompok inilah yang tampil sebagai sufi yang filosofis dan filosof yang sufis. Konsep-konsep tasawuf mereka disebut tasawuf falsafi yakni tasawuf yang kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat. Ajaran filsafat yang paling banayak di pergunakan dalam analisis tasawuf adalah paham emanasi neo platonisme dalam semua variasinya.

Selain Abu Yazid Al Bhustami ,tokoh teosofi yang populer dalam kelompok ini dapat ditunjuk Masarrah(w.381 H) dari Andalusi dan sekaligus sebagai perintis.berdasarkan pemahamannya tentang teori emanasi ia berpendapat,bahwa melalui jalan tasawuf manusia dapat membebaskan jiwanya dari cengkeraman badani (materi) dan memperoleh sinar ilahi secara langsung (ma’rifat sejati). orang kedua yang mengkombinasikan teori filsafat dengan tasawuf dapat disebut Suhrawardi al Maqtul(w.578 H) yang berkebangsaan Persia atau Iran. Berangkat dari teori emanasi Ia berpendapat,bahwa dengan melalui usaha keras dan sungguh-sungguh seperti apa yang dilakukan para sufi,seseorang dapat membebaskan jiwanya dari perangkap ragawi untuk kemudian dapat kembali ke pangkalan pertama yakni alam malakut atau alam ilahiyat. Konsepsi lengkap teori ini kemudian dikenal dengan nama al Isyraqiyah yang ia tuangkan dalam karya tulisnya al Hikmatul Isyraqiyah. Bersumber dari prinsip yang sama  al Hallaj (w.308 H) memformulasikan teorinya dalam doktrin al Hulul, yakni perpaduan insan dengan Tuhan secara Rohaniyah atau antara Mahluk dengan Al Khaliq.
B.     Tasawuf Filsafati
1.       Konsepsi teologi sufisme
2.       Al-fana
Menurut abu yazid, manusia yang pada hakikatnya seesensi dengan Allah, dapat bersatu dengan-Nya apabila ia mampu meleburkan eksistensinya (keberadaannya) sebagai suatu pribadisehingga ia tidak menyadari pribadinya(fana’an nafs). Fana’an nafs adalah hilangnya kesadaran kemanusiaannya dan menyatumenyatu irradah Allah, bukan jasad tubuhnya yang menyatu dengan Dzat Allah.

3.       Al-ittihad
Merupakan apabila seorang sufi telah berada dalam keadaan fana, maka pada saat itu ia telah dapat menyatu dengan Tuhan, sehingga wujudiyiahnya kekal atau al-baqa. Didalam perpaduan itu ia menemukan hakikat jati dirinya sebagai manusia yang berasal dari Tuhan.

4.       Al-hulul
Pengertian al-hulul secara singkat adalah Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia tertentu, yaitu manusia yang telah dapat membersihkan dirinya dari sifat-sifat kemanusiaannya melalui fana atau ekstase.

C.     Tasawuf Filsafati Ibn Arabi
Konsep sentral dari tasawuf beliau adalah bahwa yang ada hanya satu yakni zat tunggal, tidak ada yang meng”ada” selain dirinya.ada beberapa pemahaman filsafat beliau yaitu :
1.       Epistemology
Dalam epistemology ibn Arabi, Proposisi atau penilaian itu dikelompokkan kepada dua kelas utama, yaitu :
a.       Proposisi wajib, yang meliputi:
·         Semua penilaian perceptual, tanpa dimasuki unsur pemahaman,
·         Penilaian apriori dari logika formal, penilaian intelektual yang self-evident-ada sendirinya,
·         Penilaian intuitif atau esoterik.
b.       Proposisi kontingensi, yaitu penilaian-penilaian yang berdasarkan pemahaman dan indera-indera secara serempak.

2.       Al-Wahdat Al-Wujud
Paham ini sebagai perluasan dari konsepsi paham al-hulul karena nasut yang ada dalam hulul ia ganti
3.       Tujuan Penciptaan Alam
Yakni suatu perwujudan dari konsep sentral beliau. Yang mana rumusan tersebut mengandung pengertian:
a)       Bahwa segala yang ada adalah manifestasi dari Dzat tunggal
b)       Bahwa Dzat tunggal tidak terpecah dan tidak terurai dalam bagian-bagian
c)       Bahwa tidak ada yang berlebih disatu sisi dan tidak ada kekurangan di sisi lain.

4.       Tujuan Penciptaan Manusia
5.       Insan Kamil
Insan kamil adalah aspek (shurah) ketiga dari Haqiqat al-Muhammadiyah, sebagai manusia sempurna karena ia memiliki wujud positif.
D.     Tasawuf Syi’i
     Diluar dua aliran tasawuf akhlqi (sunni) dan tasawuf falsafi, ada juga yang memasukkan tasawuf aliran ketiga, yaitu tasawuf syi’I atau syiah. Kaum syiah merupakan golongan yang dinisbatkan kepada pengikut Ali bin Abi Thalib. Dalam sejarahnya, setelah perang shiffin, orang – orang pendukung fanatik Ali memisahkan diri dan banyak berdiam di daratan Persia, dan di Persia inilah kontak budaya antara Islam dan Yunani telah berjalan sebelum dinasti Islam berkuasa disini. Oleh karena itu, perkembangan tasawuf syi’I dapat di tinjau melalui kacamata keterpengaruhan Persia oleh pemikiran – pemikiran filsafat Yunani. Ibnu Khaldun dalam AL-Muqaddimah telah menyinggung soal kedekatan syi’ah dengan tasawuf, Ibnu Khaldun melihat kedekatan tasawuf filosofis dengan sekte Isma’iliyyah dari Syiah. Sekte ini menyatakan terjadinya hulul atau ketuhanan pada imam mereka. Menurutnya kedua kelompok ini memiliki kesamaan, khususnya dalam persoalan “quthb” dan “abdal”. Bagi para sufi filosof,quthb adalah puncaknya kaum ‘arifin, sedangkan abdal merupakan perwakilan. Ibnu Khaldun menyatakan doktrin seperti ini mirip dengan doktrin Isma’iliyyah tentang imam dan para wakil. Begitu juga dengan pakaian compang camping yang disebut – sebut berasal dari imam Ali.

2.4 Tujuan Tassawuf
     Secara umum tujuan tasawuf adalah agar berada sedekat mungkin dengan Allah Swt. Akan tetapi apabila diperhatikan karakteristik tasawuf secara umum, ada tiga sasaran dari tasawuf, yaitu: pertama, tasawuf yang bertujuan untuk pembinaan aspek moral. Aspek ini meliputi mewujudkan kestabilan jiwa yang berkeseimbangan, penguasaan dan pengndalian hawa nafsu sehingga manusia konsisten daan komitmen hanya pada keluhuran moral. Kedua, tasawuf yang bertujuan untuk ma’rifatullah melalui penyingkapan langsung atau metode al-kasyf al-hijab. Ketiga, tasawuf yang bertujuan untuk membahasbagaiman system pengenalan dan pendekatan diri kepada Allah secara mistis filosofis, pengkajian garis hubungan antara tuhan dengan makhluk, terutama hubungan manusia dengan tuhan dan apa arti dekat dengan tuhan.
            Akan tetapi, tujuan akhir dari sufisme adalah etika murni atau psikologi murni, dan atau keduanya secara bersamaan,yaitu:
a.       Penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak mutlak tuhan, karena Dialah penggerak utama dari semua kejadian dialam ini,
b.       Penanggalan secara total semua keinginan pribadi dan melepas diri dari sifat-sifat jelek yang berkenaan dengan kehidupan duniawi,
c.       Peniadaan kesadaran terhadap diri sendiri serta pemusatan diri pada perenungan terhadap tuhan semata, tiada tuhan yang di cari kecuali Dia.


[1] DR.H.Akbarizan, MA.M.Pd .Tasawuf Integratif Pemikiran Dan Ajaran Tasawuf Di Indonesia(Suska Press:Pekanbaru.2008)hal.31

4 komentar: